Selasa, 10 Februari 2009

11 Februari 2009

Kalau kalut saja tak pernah bisa berdiri sendiri kenapa bahagia harus berdiri sendiri??
semua'x hanya otak dan jiwa yang memutar dan mengatur'x untuk ikut dalam alur rancangannya...

PAntaskah aku menarik ulur bahagia dalam alur pendek tak berarah??
apa hanya sesendok nista tak terkuak....

Selasa, 03 Februari 2009

Mengingat Kematian

Sesungguhnya manusia senantiasa berada dalam keadaan rawan. Karena kematian senantiasa mengancamnya dari segala arah, bahkan kenyataannnya setiap detik ada orang yang meninggal. Baik karena bencana seperti banjir, longsor, gempa, atau karena konflik, kecelakaan, kejahatan, penyakit dan wabah, bahkan banyak di antara kita yang sehat wal'afiat, jauh dari wilayah konflik dan bencana serta hidup dengan aman sejahtera, namun mendadak meninggal.

Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya, pasal hadits-hadits para nabi, bab kematian Nabi Musa u , dari Abu Hurairah : " Malaikat maut diutus kepada Nabi Musa (dengan menyerupai manusia) membawa kabar kematian. Maka Nabi Musa menampar mukanya tepat pada matanya. Lalu malaikatpun kembali kepada Allah dan berkata: ya Robbi Engkau telah mengutusku kepada orang yang tidak menginginkan kematian. Allah menjawab: baiklah katakan pada Musa agar meletakan tangannya pada tubuh sapi dan katakan bahwa usianya akan ditambah sebanyak bulu sapi yang tertutup oleh telapak tangannya itu, 1 helai sama dengan 1 tahun. Seteleh pesan itu disampaikan Nabi Musa u berkata: ya Robbi setelah itu apa? Allah I menjawab: "setelah itu adalah kematian". Akhirnya Nabi Musapun berkata: kalau demikian halnya matikanlah saya sekarang".

Jadi masalahnya bukan bagaimana caranya kita menghindari kematian itu. Karena kematian itu pasti datang, baik ditunggu ataupun dilupakan, baik dalam keadaan genting ataupun aman, dalam keadaan senang atau sedih. Tapi masalahnya adalah bagaimana keadaan kita ketika kita sudah masuk ke alam barzakh (kubur) kemudian masuk ke alam Akhirat. Apakah kita akan masuk ke dalam golongan orang-orang mu'min atau sebaliknya masuk ke dalam golongan orang-orang berdosa dan kafir.

Dari Barra bin Azib (t), bahwa Rasulullah Saw bersabda dalam hadits yang panjang:

" Sesungguhnya hamba yang mu'min jika sudah dalam detik-detik meninggalkan dunia menuju Akherat, ia akan didatangi oleh serombongan Malaikat yang banyaknya sejauh mata memandang, wajah mereka bersinar laksana matahari, mereka membawa kain kafan dari Surga yang amat wangi. Lalu turunlah malaikat maut untuk mencabut ruhnya. Lalu dikeluarkanlah ruh itu dengan amat mudah seperti mengeluarkan setetes air dari mulut teko. Kemudian para malaikat pun segera mengambil ruh itu dan meletakkannya di atas kain kafan, maka tersebarlah aroma wewangian yang luar biasa. Lalu rombonganpun membawa ruh itu ke atas langit sampai bertemu dengan Allah I. Setiap malaikat langit yang berpapasan bertanya kepada mereka: Ruh siapakah gerangan yang harum ini? rombonganpun menjawab: ini adalah ruh fulan bin fulan dengan menyebut nama panggilannya yang paling bagus ketika ia di dunia. Lalu seluruh malaikat langitpun ikut mengiring ruh yang baik ini sampai bertemu dengan Rabbul Izzah. Ketika sampai, Allah I berfirman: tulislah hambaku ini ke dalam golongan orang-orang yang tinggal di Surga 'Illiyyin" (surga yang tinggi). Lalu rombonganpun kembali ke bumi dan memasukan kembali ruh itu ke dalam jasadnya ketika ia sudah berada di lubang lahad …...

Adapun hamba yang kafir saat kematiannya tiba, datanglah rombongan malaikat yang bermuka hitam, banyaknya sejauh mata memandang, mereka membawa kain lap kumal dan berbau busuk. Lalu turunlah malaikat maut, mengumpulkan nyawanya dari seluruh anggota tubuh, lalu keluar dengan menarik ruhnya sekaligus seperti mencabut kawat berduri dari kapas yang basah,. Maka rombongan malaikatpun dengan kasar meletakan ruh itu ke atas kain busuk tadi sehingga tersebarlah bau busuk yang menyengat. Lalu rombonganpun membawa ruh tersebut ke atas langit. Setiap kali berpapasan dengan malaikat, malaikat itu menghindar sambil bertanya: ruh siapakah gerangan yang amat bau ini ? rombongan pun menjawab : ini adalah ruh si fulan bin fulan dengan menyebut namanya yang paling jelek waktu di dunia .Ketika sampai di langit pertama pintu pun di ketuk, namun malang malaikat penjaga langit tidak mengizinkannya untuk menghadap Rabbul Izzah.Lalu Rasululah membaca ayat:

"Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan berlaku sombong terhadapnya tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak akan masuk Syurga hingga seekor unta dapat melewati lubang jarum, dan demikianlah kami membalas orang-orang jahat" . (Surat Al-A'rof:40)Maka rombonganpun melemparkan ruh itu dan menghempaskannya ke bawah dengan sekeras-kerasnya. Lalu Rasulullah membaca Firman Allah :""Dan barang siapa yang menyekutukan Allah maka sesungguhnya itu seperti dilemparkan dari atas langit sehingga disambar burung atau diterbangkan angin ke tempat yang dalam".(Surat Al-Haj:31). (Hadits riwayat Ahmad, Abu Daud dan Nasai).

Demikianlah perjalanan ruh setiap anak manusia setelah kematiannya. Hanya ada dua kemungkinan, menjadi ruh yang baik atau sebaliknya menjadi ruh yang buruk. Dan bagi orang yang mu'min kematian adalah merupakan 'bel istirahat' dari kepenatan kehidupan dunia. Sekarang ia beristirahat di alam barzah yang luas terbentang menunggu Hari Kiamat dengan tidur pulas sehingga tidak merasakan kejemuan menunggu.

Sementara ruh bagi orang yang kafir dan banyak dosa , maka kematiannya merupakan bagaikan 'sirine kebakaran'. Ia akan memulai hari-harinya dengan kesibukan-kesibukan menghadapi siksa Allah yang tidak pernah ada hentinya. Firman Allah I :

"Kepada mereka dinampakkan api Neraka setiap pagi dan petang. Dan pada hari Kiamat (diperintahkan kepada Malaikat): masukanlah Fir'aun dan pengikutnya ke dalam azab yang sangat keras". (Surat Al-Mu'min:46)Mengingat Mati adalah obat mujarab

Banyaknya problema kehidupan yang kita hadapi, dan menumpuknya kewajiban yang kita pikul, sehingga seorang muslim merasakan benar apa yang dikatakan oleh seorang juru da'wah bahwa kewajiban itu lebih banyak dari waktu yang tersedia. Tentu akan membuat lelah fisik, penat pemikiran dan ruhiyah. Sehingga banyak yang merindukan adanya hari ke delapan dan ke sembilan.Seseorang datang kepada Umar bin Khattab t lalu mengatakan: "tidakkah tuan beristirahat sejenak dari pekerjaan ini". Beliau menjawab: bukan di sini tempat beristirahat, tapi tempat istirahat kita adalah di Akhirat".
Tidak ada yang lebih ampuh nasehatnya daripada nasehat yang diberikan jenazah dan batu nisan, oleh karenanya menghadirkan gambaran keadaan kita ketika maut menjelang adalah perbuatan yang sangat utama bagi orang yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya. Wallahu A'lam Bishshawab

Persiapan Menuju Akhirat


Saudaraku, berikut ini merupakan bekal bagi kita untuk menuju alam akhirat. Dengan bekal ini diharapkan perjalanan panjang yang akan kita lalui menjadi mudah. Dan semoga Allah subhanahu wata’ala memudahkan kita semua dalam melewati alam barzakh, makhsyar, hisab, mizan, dan sirath. Bekal-bekal tersebut di antaranya adalah:

1. Keimanan kepada Allah subhanahu wata’ala, malaikat, kitab-kitab, para Rasul-Nya dan hari Akhir serta Qadar baik dan buruk.

2. Menjaga shalat fardhu lima waktu di masjid dengan mengerjakannya secara berjama'ah pada waktunya, dengan penuh kekhusyu'an dan mema-hami makna-maknanya. Sedangkan bagi wanita, shalat di rumah adalah lebih utama.

3. Mengeluarkan zakat wajib pada waktunya sesuai dengan ukuran dan sifat-sifatnya yang telah disyari'atkan.

4. Puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala dari Allah subhanahu wata’ala.

5. Haji yang mabrur, sebab tiada balasan baginya kecuali surga dan berumrah di bulan Ramadhan yang pahalanya setara haji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

6. Mengerjakan hal-hal yang sunnah, yaitu yang di luar shalat lima waktu, zakat, puasa dan haji. Dalam hadits Qudsi, Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
"Dan senantiasalah hamba-Ku mende-katkan diri kepada-Ku dengan hal-hal yang sunnah hingga Aku mencintainya." (HR. Al-Bukhori dan Ahmad)

7. Segera bertaubat yang sebenarnya dari semua perbuatan maksiat dan munkar serta bertekad untuk memanfaatkan waktu-waktu yang tersedia dengan memperbanyak istighfar, dzikir, dan beragam jenis keta'atan.

8. Berbuat ikhlas kepada Allah subhanahu wata’ala dan meninggalkan riya' dalam segala urusan. (Baca: QS. Al-Bayyinah: 5)

9. Mencintai Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya yang hanya bisa terealisir dengan mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. (Baca: QS. Ali 'Imran: 31)

10. Mencinta karena Allah, membenci karena Allah, loyal karena Allah dan memusuhi karena Allah. Dan konsekuensi dari hal ini adalah mencintai kaum Mukminin sekali pun mereka jauh dan membenci orang-orang kafir sekali pun mereka dekat.

11. Takut kepada Allah subhanahu wata’ala, Yang Maha Agung, mengamalkan wahyu-Nya, rela hidup berkekurangan serta bersiap diri menyambut hari kepergian (saat kematian). Inilah hakikat takwa.

12. Bersabar atas bencana yang menimpa, bersyukur di saat mendapatkan kesenangan, merasa selalu dalam pengawasan Allah subhanahu wata’ala dalam setiap kondisi serta berharap mendapatkan karunia dan pemberian-Nya.

13. Bertawakkal dengan baik kepada Allah subhanahu wata’ala. (Baca: QS. Al-Ma'idah: 23)

14. Menuntut ilmu yang bermanfa'at dan berusaha untuk menyebarkan dan mengajarkannya. (Baca: QS. Al-Mujadilah: 11; Ali 'Imran: 187)

15. Mengagungkan al-Qur'an dengan mempelajari dan mengajarkannya, menjaga batasan-batasan dan hukum-hukumnya, mengetahui halal dan haramnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
"Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Al-Bukhari)

16. Berjihad di jalan Allah, murabathah di jalan-Nya, tegar menghadapi musuh dan tidak lari dari medan peperangan. Hal ini berdasar-kan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
"Janganlah kamu mengangankan bertemu musuh, mintalah keselamatan kepada Allah; jika kamu bertemu mereka, maka bersabarlah dan ketahuilah bahwa surga berada di bawah kilatan pedang." (Muttafaqun 'alaih)

17. Menjaga lisan dari hal-hal yang diharamkan seperti berdusta, ghibah (menggunjing), namimah (mengadu-domba), mencaci, melaknat, berkata kotor dan musik. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam." (Muttafaqun 'alaih)

18. Menepati janji, menunaikan amanah, tidak berkhianat dan licik. (Baca: QS. Al-Ma'idah: 1; QS. Al-Baqarah: 283)

19. Tidak melakukan zina, minum khamer, membunuh jiwa yang diharamkan Allah subhanahu wata’ala kecuali dengan haq, berbuat zhalim, memakan harta orang lain secara batil, memakan riba dan memakan sesuatu yang secara syari'at bukan miliknya. (Baca: QS. Al-A'raf: 33)

20. Wara' (menjaga kesucian diri) dalam hal makanan dan minuman serta menghindari sesuatu yang tidak halal darinya. (Baca: QS. Al-Maidah: 3)

21. Berbakti kepada kedua orangtua, menyambung tali rahim, mengunjungi teman-teman, bersabar atas tingkah polah mereka, mengupayakan berbuat baik, terhadap orang dekat atau pun jauh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa yang memenuhi hajat saudaranya, niscaya Allah akan memenuhi hajatnya dan barangsiapa yang menghilangkan satu dari kesulitan-kesulitan di dunia yang dihadapi seorang mukmin, niscaya Allah akan menghilangkan satu dari kesulitan-kesulitan di hari Kiamat yang dihadapinya." (Muttafaqun 'alaih)

22. Menjenguk orang sakit, berziarah kubur, mengiringi jenazah, sebab hal itu dapat mengingatkan akhirat dan membuat zuhud dalam kehidupan di dunia.

23. Tidak memakai pakaian yang diharamkan seperti sutera, emas, tidak berpakaian melebihi mata kaki bagi laki-laki (Isbal) dan menggunakan bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak untuk makan dan minum.

24. Berhemat dalam nafkah, menjaga nikmat dan tidak berbuat mubazir. (Baca: QS. Al-Isra': 26)

25. Tidak dengki, iri, memusuhi, saling membenci dan menjatuhkan kehor-matan kaum Muslimin dan Muslimah dengan tanpa haq.

26. Beramar ma'ruf nahi munkar, berdakwah mengajak orang kepada Allah subhanahu wata’ala dengan cara hikmah dan Mau'izhoh Hasanah.

27. Berlaku adil terhadap manusia, tolong-menolong dalam berbuat kebajikan dan takwa. (Baca: QS. Al-An'am: 152)

28. Berakhlak mulia seperti Tawadhu' (rendah hati), kasih sayang, lemah lembut, malu, halus hati, menahan emosi, dermawan, tidak sombong, angkuh, dan sebagainya.

29. Menjalankan hak-hak anak-anak dan isteri secara penuh dan mengajarkan mereka masalah-masalah agama yang diperlukan.(Baca: QS. At-Tahrim: 06)

30. Memberi salam dan membalasnya, mendoakan orang yang bersin, memuliakan tamu dan tetangga, menutupi aib pelaku maksiat semampunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa yang menutupi (aib) saudaranya sesama muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari Kiamat." (Muttafaqun 'alaih)

31. Zuhud di dunia, pendek angan-angan sebelum ajal menjemput.

32. Cemburu (sensitif) terhadap kehormatan, memicingkan mata dari hal-hal yang diharamkan

33. Menghindari hal yang sia-sia dan bermain-main serta melakukan perkara-perkara positif.

34. Mencintai shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan ke-luarga beliau (pen), berlepas diri dari orang-orang yang membenci atau men-cela mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa yang mencela para shahabatku, maka atasnya laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia." (HR. Ath-Thabarani, dinilai Hasan oleh Syaikh Al-Albani)

35. Mendamaikan sesama manusia, menengahi beda pendapat di antara dua orang yang berselisih pendapat sehingga jurang perselisihan dan perpecahan tidak meluas

36. Tidak mendatangi dukun, ahli nujum, para tukang sihir, para peramal dan sebagainya

37. Wanita hendaknya patuh terhadap suaminya, menjaganya dalam harta, anak dan ranjangnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Bila seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan mena'ati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, “Masuklah ke surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki.!” (HR. Ibnu Hibban, dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani)

38. Tidak berbuat Bid'ah (mengada-ada) di dalam agama atau menyeru kepada kebatilan dan kesesatan.

39. Kaum wanita hendaknya tidak menyambung rambutnya dengan rambut lain (menyanggul atau rambut Wig), tidak mentato, mencukur alis, meratakan gigi dengan tujuan hanya untuk mempercantik diri.

40. Tidak mematai-matai kaum Muslimin dan mengungkap aurat serta menyakiti mereka.

Sumber: Az-Zâ'ir Al-Akhîr karya Khalid bin Abu Shalih (Abu Shofiyyah)


SANG PENGUNJUNG TERAKHIR
Kamis, 01 Juni 06

Saudaraku, tahukah kamu siapa pengunjung terakhirmu? Tahukah kamu apa tujuan ia berkunjung dan menemuimu? Apa saja yang dimintanya darimu?

Sungguh! Ia tak datang karena haus akan hartamu, karena ingin ikut nimbrung makan, minum bersamamu, meminta bantuanmu untuk membayar hutangnya, memintamu memberikan rekomendasi kepada seseorang atau untuk memuluskan upaya yang tidak mampu ia lakukan sendiri.!!

Pengunjung ini datang untuk misi penting dan terbatas serta dalam masalah terbatas. Kamu dan keluargamu bahkan seluruh penduduk bumi ini tidak akan mampu menolaknya dalam merealisasikan misinya tersebut!

Kalau pun kamu tinggal di istana-istana yang menjulang, berlindung di benteng-benteng yang kokoh dan di menara-menara yang kuat, mendapatkan penjagaan dan pengamanan yang super ketat, kamu tidak dapat mencegahnya masuk untuk menemuimu dan menuntaskan urusannya denganmu!!

Untuk menemuimu, ia tidak butuh pintu masuk, izin, dan membuat perjanjian terlebih dahulu sebelum datang. Ia datang kapan saja waktunya dan dalam kondisi bagaimanapun; dalam kondisimu sedang sibuk ataupun sedang luang, sedang sehat ataupun sedang sakit, semasa kamu masih kaya ataupun sedang dalam kondisi melarat, ketika kamu sedang bepergian atau pun tinggal di tempatmu.!!

Saudaraku! Pengunjungmu ini tidak memiliki hati yang gampang luluh. Ia tidak bisa terpengaruh oleh ucapan-ucapan dan tangismu bahkan oleh jeritanmu dan perantara yang menolongmu. Ia tidak akan memberimu kesempatan untuk mengevaluasi perhitungan-perhitunganmu dan meninjau kembali perkaramu!

Kalau pun kamu berusaha memberinya hadiah atau menyogoknya, ia tidak akan menerimanya sebab seluruh hartamu itu tidak berarti apa-apa baginya dan tidak membuatnya mundur dari tujuannya!

Sungguh! Ia hanya menginginkan dirimu saja, bukan orang lain! Ia menginginkanmu seutuhnya bukan separoh badanmu! Ia ingin membinasakanmu! Ia ingin kematian dan mencabut nyawamu! Menghancurkan raga dan mematikan tubuhmu! Dia lah malaikat maut!!!

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya:
“Katakanlah, ‘Malaikat Maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS. As-Sajadah: 11)

Dan firman-Nya, artinya:
“Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (QS. Al-An'am: 61)

Kereta Usia

Tahukah kamu bahwa kunjungan Malaikat Maut merupakan sesuatu yang pasti? Tahukah kamu bahwa kita semua akan menjadi musafir ke tempat ini? Sang musafir hampir mencapai tujuannya dan mengekang kendaraannya untuk berhenti?

Tahukah kamu bahwa perputaran kehidupan hampir akan terhenti dan 'kereta usia' sudah mendekati rute terakhirnya? Sebagian orang shalih mendengar tangisan seseorang atas kematian temannya, lalu ia berkata dalam hatinya, “Aneh, kenapa ada kaum yang akan menjadi musafir menangisi musafir lain yang sudah sampai ke tempat tinggalnya?”

Berhati-hatilah!

Semoga anda tidak termasuk orang yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan, artinya:
“Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila Malaikat (Maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka?” (QS. Muhammad: 27)

Atau firman-Nya, artinya:
“(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zhalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata), ‘Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatan pun.” (Malaikat menjawab), “Ada, sesungguh-nya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan. “Maka masuklah ke pintu-pintu neraka Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombong-kan diri itu.” (QS. An-Nahl: 28-29)

Tahukah kamu bahwa kunjungan Malaikat Maut kepadamu akan mengakhiri hidupmu? Menyudahi aktivitasmu? Dan menutup lembaran-lembaran amalmu?

Tahukah kamu, setelah kunjungan-nya itu kamu tidak akan dapat lagi melakukan satu kebaikan pun? Tidak dapat melakukan shalat dua raka'at? Tidak dapat membaca satu ayat pun dari kitab-Nya? Tidak dapat bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, beristighfar walau pun sekali? Tidak dapat berpuasa sehari? Bersedekah dengan sesuatu meskipun sedikit? Tidak dapat melakukan haji dan umrah? Tidak dapat berbuat baik kepada kerabat atau pun tetangga?

‘Kontrak' amalmu sudah berakhir dan engkau hanya menunggu perhitungan dan pembalasan atas kebaikan atau keburukanmu!!

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya:
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikan lah aku (ke dunia).” Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguh-nya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mu'minun: 99-100)

Persiapkan Dirimu!

Mana persiapanmu untuk menemui Malaikat Maut? Mana persiapanmu menyongsong huru-hara setelahnya; di alam kubur ketika menghadapi pertanyaan, ketika di Padang Mahsyar, ketika hari Hisab, ketika ditimbang, ketika diperlihatkan lembaran amal kebaikan, ketika melintasi Shirath dan berdiri di hadapan Allah Al-Jabbar?

Dari ‘Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
“Tidak seorang pun dari kamu melainkan akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat, tidak ada penerjemah antara dirinya dan Dia, lalu ia memandang yang lebih beruntung darinya, maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah diberikannya dan memandang yang lebih sial darinya, maka ia tidak melihat selain apa yang telah diberikannya. Lalu memandang di hadapannya, maka ia tidak melihat selain neraka yang berada di hadapan mukanya. Karena itu, takutlah api neraka walau pun dengan sebelah biji kurma dan walau pun dengan ucapan yang baik.” (Muttafaqun 'alaih)

Berhitunglah Atas Dirimu!

Saudaraku, berhitunglah atas dirimu di saat senggangmu, berpikirlah betapa cepat akan berakhirnya masa hidupmu, bekerjalah dengan sungguh-sungguh di masa luangmu untuk masa sulit dan kebutuhanmu, renungkanlah sebelum melakukan suatu pekerjaan yang kelak akan didiktekan di lembaran amalmu.

Di mana harta benda yang telah kau kumpulkan? Apakah ia dapat menyelamatkanmu dari cobaan dan huru-hara itu? Sungguh, tidak! Kamu akan meninggalkannya untuk orang yang tidak pernah menyanjungmu dan maju dengan membawa dosa kepada Yang tidak akan memberikan toleransi padamu! (Abu Shofiyyah)

Sumber: Az-Zâ'ir Al-Akhîr karya Khalid bin Abu Shalih

Pemuda dan Hari Jum'at

Di antara hal yang sangat memprihatinkan yaitu adanya sebuah kenyataan yang kita saksikan dari segolongan pemuda yang tidak memiliki kepedulian terhadap waktu, khususnya waktu-waktu yang utama. Padahal mereka mengetahui dengan baik bahwasanya hidup itu pendek meskipun panjang. Kesenangan itu akan sirna meskipun abadi. Sehat akan digantikan oleh sakit, dan masa muda akan digantikan masa tua.

Di antara waktu-waktu utama yang sering diremehkan oleh sebagian pemuda adalah hari Jum'at yang Allah subhanahu wata’ala telah menunjukkan umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepadanya dan membiarkan umat-umat terdahulu tanpa petunjuk untuk menggapainya. Berikut ini beberapa ide terpilih yang dapat ditawarkan kepada para pemuda atau remaja untuk mengisi hari Jum'at:

1). Hendaknya seorang pemuda menghindarkan dirinya dari begadang sampai larut malam. Karena begadang akan menghalangi dari bergegas menuju masjid untuk menunaikan shalat Jum'at dengan segera. Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencela kami karena begadang setelah Isya". (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).

2). Berdiam diri di Masjid setelah menunaikan shalat Fajar untuk berdzikir dan membaca al-Qur'an.

3). Beristirahat sebentar kemudian menyantap sarapan pagi, mandi, bersiwak, mencukur kumis dan memakai pakaian yang bagus/paling bersih dan memakai minyak wangi. Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, "Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum'at, lalu menyucikan diri semampunya, memakai minyak rambut atau mengoleskan minyak wangi yang ada di rumahnya, kemudian ia pergi keluar rumahnya menuju masjid, dan tidak memisahkan antara dua orang (yang datang lebih awal) untuk selanjutnya ia mengerjakan shalat sebagaimana yang ditentukan kepadanya lalu memperhatikan khutbah pada saat khatib sedang berkhutbah, melainkan diampuni dosa-dosa yang dilakukan hari itu dan Jum'at yang lain". (HR. al-Bukhari).

Telah berkata Muhammad ibn Ibrahim At-Taimi rahimahullah, "Barangsiapa memotong kukunya pada hari Jum'at, memotong kumisnya, dan menghiasi diri dengan sunnah, maka ia telah menyempurnakan Jum'at." (Abdur Razzaq di dalam karangannya). Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu tidaklah berangkat menuju shalat Jum'at, melainkan ia memakai minyak rambut dan minyak wangi. Berkata Abu Sa'id al-Khudry radhiyallahu ‘anhu, "Tiga perkara yang menjadi kewajian seorang muslim pada hari Jum'at: Mandi, bersiwak, dan memakai minyak wangi jika ia mendapatkannya."

4). Bersegera menghadiri shalat Jum'at dengan berjalan kaki, tidak menaiki kendaraan untuk meraih pahala yang besar dalam kesegeraannya. Sebagaimana disebutkan dalam shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, "Barangsiapa mandi pada hari Jum'at seperti mandi junub, lalu dia berangkat (menuju masjid), maka seakan-akan dia berkurban unta. Barangsiapa berangkat pada saat ke dua, maka seakan-akan dia berkurban sapi. Barangsiapa berangkat pada saat ke tiga, maka seakan-akan dia berkurban kambing. Barangsiapa berangkat pada saat yang ke empat, maka seakan-akan ia berkurban ayam. Barangsiapa berangkat pada saat yang ke lima, maka seakan-akan dia berkurban telor. Sedangkan jika imam telah datang, maka para malaikat berdatangan untuk mendengarkan peringatan (nasihat) ".

Ats-Tsaqofi radhiyallahu ‘anhu berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa mandi hari Jum'at dan membersihkan diri, lalu bersegera dan bergegas, berjalan kaki dan tidak menaiki kendaraan, mendekati posisi imam kemudian mendengarkan dan tidak berbuat sia-sia, maka baginya setiap langkah amalan satu tahun, termasuk pahala puasa dan qiyamullail yang ada pada tahun itu." (HR. Ahmad).

Sedangkan petunjuk para sahabat Radhiyallahu 'Anhum, maka Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, "Kami bersegera menuju Jum'at dan beristirahat setelah Jum'at.” (HR. al-Bukhari).

5). Hendaknya seorang pemuda memanfaatkan waktu duduknya di Masjid dengan amalan ibadah yang cocok dengan hati dan kondisinya. Adakalanya dengan memperbanyak shalat. Disebutkan dalam shahih Muslim dari hadits Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslamy radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Saya bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka saya membawakan air wudhu dan kebutuhannya. Maka beliau berkata kepadaku, "Mintalah". Maka saya berkata, "Saya meminta agar bisa menemanimu di Surga". Beliau berkata, "Ada yang lain selain itu". Maka aku berkata, "Cukup itu saja". Beliau berkata, "Bantulah aku agar bisa membantumu dengan memperbanyak sujud".

Harapan kita semua adalah tinggal bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di surga. Harapan ini (tinggal bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di surga) tidak akan terealisasi setelah rahmat dari Allah subhanahu wata’ala, kecuali dengan mengerjakan sebab-sebabnya. Dan di antara sebab-sebab tersebut adalah memperbanyak shalat.

Nafi' berkata, "Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu senantiasa shalat pada hari Jum'at. Maka ketika mendekati waktu keluarnya imam, ia duduk sebelum keluarnya imam.” (Abdurrozzak 3/210).

Dan di antara sebab-sebab yang lainnya yaitu membaca surat Al-Kahfi. Terdapat banyak nash yang menjelaskan keutamaan membacanya. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ad-Darimi dalam sunannya dari Abu Said Al-Khudry radhiyallahu ‘anhu dia bekata, "Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum'at, maka dia akan diterangi oleh cahaya dalam jarak antara dia dengan Baitul 'Atiq". (Sanadnya memiliki hukum marfu' sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh al-Albani).

Kemudian selayaknya ia berusaha menghafal ayat-ayat al-Qur'an yang mulia agar hati dan dadanya terisi oleh ayat-ayat al-Qur'an. Karena sebaik-baik yang mengisi hati adalah Kitabullah. Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Sesungguhnya seseorang yang di dalam rongga dadanya tidak ada sesuatu dari al-Qur'an seperti rumah yang runtuh". (Berkata At-Tirmidzi: Hadits ini hasan shahih).

6). Jika khatib telah masuk untuk menyampaikan khutbah dan menunaikan shalat, hendaknya ia diam untuk mendengarkan khutbah yang disampaikannya agar dapat mengambil faidah dari khutbah tersebut. hendaknya ia berkonsentrasi mendengarkan khutbah, seolah-olah nanti ia akan ditanya tentang materi khutbah atau ia diminta untuk berbicara tentang materi yang disampaikan Khotib. Maka dengan cara ini akal dan pikirannya akan terpusat lebih banyak pada pembicaraan sang Khotib. Cobalah cara ini, engkau akan mendapatkan kebenaran dari apa yang aku ucapkan.

7). Seusai shalat Jum'at tunaikanlah shalat sunnah Jumat. Jika di masjid shalatlah empat rakaat. Sebagaimana yang telah diriwayatkan At-Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, "Barangsiapa di antara kalian shalat setelah Jum'at, maka shalatlah empat raka’at setelahnya". Dan jika engkau lakukan di rumah maka shalatlah dua raka'at. Sebagaimana telah ditetapkan dalam shahihain, bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam shalat dua raka’at setelah Jum'at di rumahnya. Setelah itu santaplah makananmu dan beristirahatlah. Sebagaimana yang telah diriwayatkan Imam al-Bukhari dari hadits Sahl bin Sa'd radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Kami tidak beristirahat dan makan siang, kecuali setelah shalat Jum'at."

8). Setelah Ashar mungkin kamu bisa mengisinya dengan mengunjungi kerabat atau menengok orang sakit atau bisa juga dengan mengulangi pelajaran-pelajaranmu.

9). Mendekti waktu Maghrib selayaknya seorang pemuda berjalan menuju masjid untuk berdoa dan memanfaatkan waktu yang mustajab. Sebagaimana yang terdapat dalam shahihain dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut hari Jum'at, lalu dia berkata, "Di dalamnya terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang berdiri berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan dengan waktu tersebut, melainkan Dia akan memberikan kepadanya.” Dan beliau mengisyaratkan (pendeknya waktu tersebut) dengan tangannya."

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan waktu ini dengan pendapat-pendapat yang banyak. Tetapi sepertinya pendapat yang pa ling kuat adalah akhir waktu Ashar. Maka selayaknya seorang pemuda muslim yang mengetahui kefakiran dan kebutuhannya kepada Rabb-nya menggunakan kesempatan ini dengan memohon hidayah dan keteguhan di atas agamanya untuk dirinya sendiri dan berdoa untuk saudara-saudaranya kaum muslimin di negara-negara bagian timur bumi dan bagian baratnya.

10). Setelah shalat Maghrib, hendaknya ia membaca wirid sore hari kemudian mengerjakan shalat sunnah Maghrib.

11). Setelah Maghrib ia bisa berkumpul bersama keluarganya untuk bercengkrama dengan mereka dan memberi manfaat dengan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka atau bisa juga memanfaatkan waktu itu untuk mengulangi pelajarannya sehari-hari.

Seorang pemuda hendaknya mengingat bahwasanya pengulangan pelajaran yang ia lakukan adalah dalam rangka meraih ilmu. Dan menuntut ilmu merupakan ibadah yang sangat agung yang seorang hamba memperoleh pahala jika melaksanakannya. Hadits riwayat At-Tirmidzi, Ad-Darimi dan Abu Daud, menyebutkan bahwa seseorang datang kepada Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu saat itu ia sedang berada di Damaskus, lalu ia bertanya, "Wahai Abu Darda! Sesunggunya aku mendatangimu dari kota Madinah Rasul untuk mengklarifikasi sebuah hadits yang engkau riwayatkan dari Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam". Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata, "Apa yang menyebabkan anda datang ke sini, apakah karena suatu perniagaan? Ia menjawab,” Tidak". Ia bertanya lagi, "Apakah tidak ada hal lain yang anda cari? Orang itu menjawab, "Tidak". Maka Abu Darda radhiyallahu ‘anhu berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa berjalan (keluar) untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga, dan malaikat akan meletakkan sayapnya sebagai keridloan terhadap penuntut ilmu. Sesungguhnya para penghuni langit dan bumi sampai makhluk yang ada di laut akan memohonkan ampunan baginya dan keutamaan seorang penutut ilmu daripada seorang yang beribadah adalah seperti keutamaan bulan dari bintang-bintang yang lainnya. Para ulama adalah pewaris nabi-nabi dan sesunggunya nabi-nabi itu tidak mewariskan dinar maupun dirham tetapi mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambilnya (ilmu) sesungguhnya ia telah mengambil keuntungan yang besar"

12). Setelah menunaikan shalat Isya dan menyantap makan malam, jika kamu ingin membaca kitab ilmu yang cocok bagimu, maka ini adalah sebuah kebaikan. Jika engkau malas/enggan melakukan yang demikian itu maka shalat witirlah sebelum engkau tidur untuk mengakhiri harimu dengan sesuatu yang diridhoi Allah subhanahu wata’ala. Jangan lupa dzikir-dzikir menjelang tidur dan etika-etikanya. Semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga dan memeliharamu. Shalawat dan salam semoga tercurah pada nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga dan sahabat-sahabatnya. (Zainal Abidin)

Maraji': "Kai Yastafiidusy Syaab Min Yaumil Jumu'ah, Syaikh Muhammad Abdullah Al-Habdan"

Akhlaq Rasulullah

Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai keberanian yang mengagumkan dan tiada tandingannya dalam membela agama dan menegakkan kalimatullah Ta’ala. Beliau mempergunakan nikmat-nikmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang dicurahkan atas beliau pada tempat yang semestinya. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah mengungkapkan hal itu dalam sebuah hadits, yang artinya: “Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorangpun kecuali dalam rangka berjihad di jalan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita.” (HR: Muslim)


Di antara bukti keberanian beliau adalah kegigihan beliau dalam mendakwahkan agama Islam seorang diri menghadapi kaum kafir Quraisy dan pemuka-pemuka-nya. Demikian juga keteguhan beliau di atas keyakinan tersebut hingga Alloh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan pertolongan-Nya. Beliau tidak pernah mengeluh atau berkata: “Tidak ada yang sudi menyertaiku, sedangkan orang-orang semuanya memusuhiku.” Akan tetapi beliau bersandar serta bertawakkal kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan tetap meneruskan perjuangan dakwah beliau.

Beliau adalah seorang pemberani dan sangat teguh dalam memegang dan melaksanakan pendirian. Ketika orang-orang lari bercerai berai, beliau tetap teguh bagaikan karang.

Beliau mengasingkan diri untuk beribadah di gua Hira’ selama beberapa tahun. Kala itu beliau belum merasakan gangguan dan orang-orang Quraisy pun belum memerangi beliau. Kaum kafir itu tidak menembakkan sebatang anak panah pun dari busurnya kecuali setelah beliau menyebarkan aqidah tauhid dan memerintahkan untuk memurnikan ibadah mereka kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata. Beliau sangat mengherankan ucapan kaum kafir sebagaimana yang difirmankan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Katakanlah: “Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan” Maka mereka menjawab:”Alloh”. Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (QS: Yunus: 31)

Sementara itu mereka menjadikan berhala-berhala sebagai perantara antara mereka dengan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala firmankan, yang artinya: “Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. (QS: Az-Zumar: 3)

Padahal mereka juga meyakini tauhid Rububiyah, sebagaimana yang diungkapkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Katakanlah: “Siapakah yang memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi?” mereka akan menjawab: “Alloh”.

Wahai saudaraku, lihatlah praktek-praktek syirik yang bertebaran di seantero negeri-negeri kaum muslimin, seperti memohon kepada orang yang sudah mati, bertawassul dengan perantaraan mereka, bernadzar karena mereka, takut serta mengharap kepada mereka. Sampai-sampai terputus hubungan antara mereka dengan Alloh Subhanahu wa Ta’ala disebabkan kemusyrikan yang mereka lakukan. Mereka telah menempatkan orang-orang yang sudah mati setara dengan kedudukan Dzat Yang Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (se-suatu dengan) Alloh, maka pasti Alloh mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS: Al-Maidah: 72)

Sekarang kita beranjak dari rumah beliau menuju gunung yang berada di sebelah utara. Itulah gunung Uhud, disitulah terjadi peristiwa besar yang menunjukkan keperkasaan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dan keteguhan serta kesabaran beliau atas luka yang diderita pada peperangan tersebut. Pada waktu itu wajah beliau yang mulia terluka dan beberapa gigi beliau patah serta kepala beliau terkoyak.

Sahal bin Sa’ad menceritakan kepada kita tentang luka yang diderita beliau . Ia berkata: “Demi Alloh Subhanahu wa Ta’ala, aku benar-benar mengetahui siapakah yang mencuci luka Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam, siapakah yang menyiramkan airnya dan dengan apa luka itu diobati.” Ia melanjutkan: “Fathimah radhiyallahu ‘anha putri beliaulah yang mencuci luka tersebut, sementara Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu menyiramkan airnya dengan perisai. Namun ketika Fathimah radhiyallahu ‘anha melihat siraman air tersebut hanya menambah deras darah yang mengucur dari luka beliau, ia segera mengambil secarik tikar lalu membakarnya kemudian membungkus luka tersebut hingga darah berhenti mengucur. Pada peristiwa itu gigi beliau patah, wajah beliau terluka dan kepala beliau terkoyak lebar.” (HR: Al-Bukhari)

Al-Abbas bin Abdul Muththalib radhiallaahu anhu menceritakan kepahlawanan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peperangan Hunain. Ia berkata: “Ketika pasukan kaum muslimin tercerai berai, Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam justru memacu bighalnya ke arah pasukan kaum kafir, sementara aku terus memegang tali kekang bighal tersebut supaya tidak melaju dengan cepat. Saat itu beliau berkata: “Aku adalah seorang nabi bukanlah pendusta. Aku adalah cucu Abdul Muththalib.” (HR: Muslim)

Sementara itu, penunggang kuda yang gagah berani, yang sudah masyhur dan terkenal dengan kisah-kisah kepahlawanannya, yaitu Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu menceritakan keberanian Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai berikut: “Apabila dua pasukan sudah saling bertemu dan peperangan sudah demikian sengit, kamipun berlindung di belakang Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak ada seorangpun yang paling dekat kepada musuh daripada beliau.” (HR. Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah , silakan lihat di dalam Shahih Muslim III / no.1401)

Kesabaran Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyebarkan dakwah pantas dijadikan contoh dan teladan yang baik. Hingga akhirnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala menegakkan pilar-pilar Islam dan melebarkan sayapnya di segenap pelosok jazirah Arab, negeri Syam dan negeri-negeri di seberang sungai Tigris. Hingga tidak tersisa satu rumahpun kecuali telah dimasuki cahaya Islam.

Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya aku telah mendapat berbagai teror dan ancaman karena membela agama Alloh . Dan tidak ada seorangpun yang mendapat teror seperti itu. aku telah mendapat berbagai macam gangguan karena menegakkan agama Alloh . Dan tidak seorangpun yang mendapat gangguan seperti itu. Sehingga pernah kualami selama 30 hari 30 malam, aku dan Bilal tidak mempunyai sepotong makanan pun yang layak untuk dimakan manusia kecuali sedikit makanan yang hanya dapat dipergunakan untuk menutupi ketiak Bilal.” (HR: At-Tirmidzi dan Ahmad)

Walaupun harta dan ghanimah serta perbenda-haraan dunia dari kemenangan yang diberikan Alloh Subhanahu wa Ta’ala kepada beliau terus mengalir, namun Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mewariskan sesuatupun kepada umatnya, tidak dinar maupun dirham, beliau hanya mewariskan ilmu. Itulah warisan nubuwat, barangsiapa yang ingin mengambilnya, maka silakan maju untuk mengambilnya dan selamat berbahagia menerima warisan yang agung itu.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: “Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam tidak meninggalkan dinar, tidak pula dirham, tidak meninggalkan kambing, tidak pula unta. Beliau tidak mewasiatkan harta apapun.” (HR: Muslim)

(Sumber Rujukan: Sehari Di Kediaman Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam, Asy-Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim)

Free Palestine ! Save Aqsa !

"Tunggulah wahai saudaraku.. Pertolongan Allah akan segera datang..."

Children of Gaza

Kunjungi disini!!!