Senin, 26 Januari 2009

Buah dari sketsa yang tak terlupakan

by. vie zahara

Aku adalah aku yang mudah terseok.
AKu adalah aku yang tak berdaya bila diinjak.
Aku adalah aku yang selalu ingin jadi yang terbaik.
Aku adalah aku yang tak pernah jelak akan kebahagian.
Aku adalah aku yang kadang layu bila menanggung beban.

Aku adalah aku yang hanya ingin menantang hidup dalam kealpaan.
Aku adalah aku yang diciptakan dari tanah menjadi segumpal darah lalu daging melalui sejuta proses.
Aku adalah aku yang selalu memohon diberikan yang terbaik untuk masa depanku didunia dan akhirat.


Suatu hari disuatu pagi yang teramat dingin, kidung ini bekukan mata dan seluruh tubuhku. kubiarkan kain persegi berbulu itu tetap membungkus sekujur tubuhku…Sungguh, enggan kutinggalkan posisi sempurna pagi hari ini.
Semua penghuni kost mulai bersiap menuntut sang waktu untuk melakukan aktivitasnya hari ini. sketsa yang enggan mereka tinggalkan nampaknya, meminta sketsa baru yang kerap dijelajah. aku hanya ingin katakan, titipan sapa hangat selamat pagiku pada mentari, dan semua lukis alam.

kusantap hawa sepi sekitar rumah. sungguh pagi yang membuat aku jemu dan ingin mencair saja rasanya dalam keramaian atau terbang saja ke langit yang entah rahasia apa dibaliknya.

Suasana tadi malam kini merenggut ragaku untuk menikmati nafas pagi ini, sungguh klise hidup yang tak akan lekang dari benak. dering handphone hancurkan sepi, berteriak mencari perhatianku, “hmm, panggilan telepon dari seseorang yang ingin kulenyapkan” geramku dalam hati, inginnya kubanting handphone yang selalu berteriak ini!
Aku bangkit dari geliat malas, sambil menatap handphone yang kini mulai hening, kuantar detik demi detik ke detik berikutnya, menghitung nafas yang mulai tak beraturan. tak kusadari pikiran ini mulai memutar kaset usang yang tak seharusnya ku putar ulang, mengundang cairan bening yang tak pantas ku undang pula. geliat paras ini sungguh tak wajar, jika ini hanya untuk sesosok tubuh dengan sekeping hati yang telah membuat siput kecil tak berdaya dilepas paksa dari cangkangya, haruskah dia membakarku juga dengan panasnya mentari saat aku terkulai lemah?apa lagi yang dia inginkan dariku? memohon untuk pasangkan cangkang kembali lalu membawa ke tempat yang sejuk? sayang sekali, hati ini terlalu lembut untuk disakiti lagi, tak ada satu kali untuk sang pembual, yang ada hanya seratus persen tak dapat dipercaya. kini siput kecil berusaha untuk menjadi siput yang terbungkus rapi dengan cangkang yang lebih kokoh.

Berteman sepi aku enggan, bermusuh ramai akupun enggan, apa yang harus aku lakukan untuk berevolusi pada esok yang cerah? semoga getir hidup ini kelak berubah menjadi suatu paras yang takkan terganti oleh indahnya dunia sekalipun. menatap panjang kedepan lalu memetik helai demi helai daun kehidupan yang tak boleh aku lewatkan….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Free Palestine ! Save Aqsa !

"Tunggulah wahai saudaraku.. Pertolongan Allah akan segera datang..."

Children of Gaza

Kunjungi disini!!!